Sri Wisnu Krama


Sang Hyang Pramesti Guru, akan mengawinkan Batara Wisnu dengan Dewi Pratiwi, putri Batara Ekawara dari Kahyangan Ekapratala. Untuk melaksanakan niat tersebut Batara Guru mengutus Batara Narada untuk menjemput Dewi Pratiwi. Namun ternyata Dewi Pratiwi menolak jemputan itu karena ia mempunyai permintaan atau syarat, ia hanya akan kimpoi dengan pria yang dapat membawakan bunga Wijayakusuma.
Sementara itu pada suatu malam Endang Sumarsi putri Begawan Kesawasidi dari Pertapaan Argajati – bermimpi kimpoi dengan Batara Wisnu.

Pagi harinya ia minta kepada ayahnya agar mencarikannya orang yang menjadi idamannya itu. Sang Begawan menuruti permintaan putrinya, pergi mencari. Tak berapa lama kemudian Begawan Kesawasidi bertemu dengan Batara Wisnu yang diiringi oleh Semar, Gareng dan Petruk. Kesawasidi mengutarakan maksudnya, tetapi ternyata Batara Wisnu menolak. Baru setelah dengan kekerasan, Wisnu menuruti kehendak Kesawasidi.

Setelah tiba di Pertapaan Argajati, Batara Wisnu segera dikimpoikan dengan Endang Sumarsi. Setelah beberapa hari tinggal di pertapaan, Batara Wisnu mengatakan kepada mertuanya bahwa ia mencari bunga Wijayakusuma dan minta pertapa itu membantunya. Sang Kesawasidi yang memiliki bunga itu tidak keberatan dan memberikan Wijayakusuma sebagai sarana untuk mengawini Batari Pratiwi.

Setelah Batara Wisnu mendapatkan bunga Wijayakusuma, segera menuju Ekapratala.
Sementara itu Prabu Wisnudewa, raja raksasa dari Garbapitu juga melamar Batari Pratiwi. Setelah mendengar laporan patihnya bahwa calon mempelai putri menginginkan bunga Wijayakusuma, ia sangat bergembira, sebab sang Raja mempunyai banteng yang berwarna biru hitam pada lehernya terdapat cangkok/cabang dari bunga Wijayakusuma.

Karenanya ia segera berangkat ke Kahyangan Ekapratala. Namun, betapa kecewanya karena setelah tiba di Kahyangan Ekapratala, ternyata Batari Pratiwi
telah dikimpoikan dengan Batara Wisnu. Hal ini membuat Prabu Wisnudewa murka.

Bersama bala tentaranya, Prabu Wisnudewa menyerang serta berusaha merebut Batari Pratiwi. Peperangan terjadi, Prabu Wisnudewa dan banteng yang aneh dapat dibunuh Wisnu dan keduanya menyatu (merasuk) pada tubuh Wisnu. Demikian pula, Cangkok Wijayakusuma akhirnya menyatu dengan bunganya.


Previous
Next Post »